Minggu, 26 Oktober 2014

kamu miliknya


Kamu miliknya, mengapa datang di hidupku?
Kamu tak menyakitinya, mengapa pintu terbuka untukku?
Kamu bersamanya, mengapa kau mempersilahkanku masuk?
Kamu sejalan dengannya, mengapa kau buat jalan lagi untukku?
kamu sepemikiran dengannya, mengapa kau membolehkanku dalam pikiranmu?
Kamu terbuka dengannya, mengapa lebih terbuka denganku soal hidupmu?
Cukup, aku tak ingin lebih mendalam
Lebih baik aku berkawan dengan monolog
Menikmati alur cerita dan setingan tuhan
selanjutnya

trouble

23 oktober 2014 rasanya seperti hari-hari biasa namun setalah aku rasakan kembali diri ini berulah kembali, ya trouble kembali datang perlahan namun pasti membuat pikiran dan tubuh menjadi tak karuan dan itu perlahan. rasa seperti sakau perlahan kurasakan, pikiran akan masalalu kembali beredar dan seakan akan erbang didalam otakku. inginku menangis meluapkan semuanya namun masih kutahan. dan semua itu dibawah alam sadarku. sampai saat ini pun aku masih berusaha untuk tidak semakin parah seperti lalu. berusaha seorang diri. di sudut kamar. diri ini lelah tuhan, namun etap berusaha tidak semakin menjadi. aku ingin tidur. dan takkan pernah terbangun.

di sudut bar (lagi)

masih di sudut bar
kau tatap aku begitu dalam
masih di sudut bar
kau tulus senyum mengagumiku
masih di sudut bar
kau tatap aku begitu dalam
masih di sudut bar
kali sekian kau tatap aku
masih di sudut bar
tulus senyummu bagai awan kelabu
masih di sudut bar
kau setel musik sekeras mungkin
masih di sudut bar
kau nyanyi sekencang mungkin
seakan kau menghibur diri
dan melupakan segalanya
segala hal yang ada di sudut bar

di sudut bar

sosok itu begitu asing
sepasang tindik di telinga
membuat sosok itu tak kumengerti
semakin kudekati
semakin kupahami
sosok itu semakin mendalamiku
sampai akhirnya semua berakhir
berakhir
dan masih menjadi luka
luka dalam
di sudut bar
kau tersenyum pertama
dan kau tersenyum terakhir

sama dengan sama

waktu bercerita tentang lalu
searah namun tak sejalan
senja pun berawan gelap
tetesan air menyentuh bumi
tak membuatku terhenti
kalau pun itu terakhir maka monolog berbicara
"Sama dengan sama"
dan..
sampai akhirnya monolog berbicara "sama dengan sama"

mungkin

entah.. kali ini monolog berbicara tak kupahami
entah.. monolog masih berkawan denganku
entah.. sosok itu datang seperti dalam imajiku
yaa.. sosok yang ada dalam imajiku selama ini
mungkin sang segala-Nya ingin menunjukkan
ada sosok selain monolog disampingku

sedikit bisa dimengerti


Benar, tatap matamu menjanjikan banyak ketenangan
Sampai aku lupa jika besok masih ada waktu senggang yang sedikit kosong
Tapi pohon menyapa dipagi
Tapi sengat matahari datang sedikit siang
Kalau itu tentu, sore datang bersama tenang yang matang
Apalagi senja datang, mungkin aku akan mengingat masa depanku. Kamu                                                                        

Bersamamu aku menata angan, menghapus dendam
Menghirup detik yang sama, belum tentu sepakat
Iya. Dari pagi aku mencintaimu
Mungkin terlalu cepat
Besok aku coba menggenggam dengan monolog diri dari pikiran

mungkin itu kamu


Ketika awan telah menjadi hujan
Kau bagaikan pelangi setelah hujan
Ketika senja telah menjadi malam
Kau bagaikan bintang yang mengisi gelap malam
Mungkin aku ibarat awan yang pasti menjadi hujan
Dan kamu mempesona ibarat pelangi
Mungkin aku ibarat malam hari
Dan kamu begitu terang ibarat bintang
Yaa… bintang yang menyinari malam ini
Yaa.. aku yang ada untukmu
Mungkin itu kamu..
Yaa.. itu kamu..