Kamis, 22 Maret 2012

Penantian I


Dia hanya sendiri di halte bus, berharap seseorang yang dia nantikan akan menjemputnya. Matahari pun telah pulang ke persembunyiannya. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk pulang kerumah dan melanjutkan penantiannya di esok hari. Gadis itu bernama Asmara Melodi Sastranegoro atau biasa dipanggil dengan oleh teman-temannya dengan nama melodi. Melodi duduk dibangku SMA kelas 2, tepatnya SMA Negeri 68 Jakarta dia bersekolah. Dia termasuk unggulan di kelasnya yaitu 11 ipa1. Melodi tergolong sebagai siswa yang mampu atau bisa di bilang terpandang. Banyak siswa yang menyukai dirinya karena sifatnya yang ceria dan sangat ramah kepada siapa pun. Dimata teman-temannya, kehidupan melodi sangatlah sempurna untuk seusia remaja. Namun kenyataannya melodi tak sama seperti apa yang dibayangkan oleh teman-temannya. Ayahnya sibuk dengan perusahaannya di luar negeri. Sedangkan bundanya telah terlebih dahulu dipanggil tuhan ketika melodi berumur 6 tahun. Kakaknya yang bernama  Jody Melodika Sastranegoro atau biasa dipanggil dengan nama dika sibuk dengan tugas-tugas kuliah, tepatnya di Universitas Erlangga Surabaya fakultas kedokteran hewan. Sesekali dika meluangkan waktu untuk menemani melodi dirumah atau mengajak melodi untuk jalan-jalan. Dimata sahabat-sahabatnya melodi adalah seorang gadis yang selalu ceria, tegar dan dia sama sekali tak pernah mengeluh dengan kegiatannya yang seabrek-abrek. Dan dulu dia biasa dipanggil oleh sahabat kecilnya dengan sebutan “miss strong” karena melodi sangatlah tegar dan berusaha selalu ceria didepan orang-orang yang ia sayangi, meskipun tata mengerti hatinya tak setegar sifatnya. Jenifer Gameta atau biasa dipanggil dengan nama tata sudah kenal melodi sejak mereka berumur 6 tahun ketika ibunda melodi meninggal tata mengerti apa yang sedang melodi rasakan. Melodi dan tata sudah seperti saudara kembar, kemana-mana selalu bersama-sama. Hingga pada akhirnya ketika mereka duduk dikelas 6 SD persahabatan mereka terpisah karena tuhan telah memanggil tata terlebih dahulu, tata meninggal saat perjalanan pulang menuju rumah melodi menggunakan bus dan melodi pun sudah menunggunya di halte. Siang itu Tata meninggal karena penyakit leukemia yang dideritanya kambuh ditengah jalan dan bus yang tata tumpangi menjadi tempat terakhir yang ia singgahi. Melodi yang pada saat itu belum mengerti akan penyakit apa yang diderita tata tak percaya dengan kabar itu. Melodi pun tetap menunggu tata di halte hingga matahari terbenam. Namun tata tak kunjung datang dan akhirnya keesokannya melodi pun menunggu tata di halte, dan sampai sekarang melodi pun masih menunggu tata yang keberadaannya sudah tak ada didunia. Dika yang mengetahui melodi dengan sabar selalu menunggu tata di halte pun tidak dapat berbuat lebih kepada adiknya. Sudah berkali-kali dika menjelaskan secara baik-baik akan kepergian sahabat melodi, tetapi dika hanya bisa menelan ludah karena melodi yang tak percaya pada omongannya. Ayahnya yang sibuk dengan perusahaannya di luar negeri, dan kakaknya yang sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliah yang mengharuskan ia menginap di kostannya membuat malam ini melodi harus sendirian dirumah. Melodi tak begitu lapar hingga makanan yang ada dimeja makan tak ia sentuh sama sekali. Tak seperti malam-malam sebelumnya, malam ini melodi hanya ingin ditemani diary yang diberi oleh tata sebagai kado ulangtahun melodi. Melodi meluapkan semua perasaan yang ada dihatinya di diary kesayangannya. Air mata melodi pun mengalir dengan derasnya. Hingga akhirnya melodi tertidur sambil mendekap diary kesayangannya ditempat tidur.
“pagi cantik, bangun dong.. matahari udah senyum buat kamu tuh! Hehe..” sapaan dika terdengar oleh melodi dan ia pun terbangun dari tidurnya
“eh ada kakak. Kapan pulang ka?hehe” Tanya melodi
“baru tadi pagi sampe rumah dek. Oiya sekarang kan hari sabtu, kamu libur kan?” Kata dika
“oh, iya kenapa ka?” Tanya melodi
“hari ini kamu mau kemana dek?” dika pun balik Tanya kepada melodi
“hem nanti aku mau main piano, trus sorenya mau nungguin tata di halte. Kakak mau ikut?” kata melodi seraya tersenyum lebar
“gimana kalo kali ini jadwal kamu diganti, kakak mau ngajak kamu jalan-jalan bareng temen-temen kakak. Mau ya dek?” Tanya dika seraya memasang wajah memohon kepada melodi
“hem gimana ya ka?tata gimana ka?” melodi pun Tanya balik kepada dika
“mau ikut ya dek?please?!” Tanya dika seraya tetap memasang wajah memohon kepada melodi
“hem.. yaudadeh ka aku ikut” jawab melodi seraya tersenyum lebar
“assiikkk maen bareng sama adikku tersayang!” dika bersorak gembira karena memang akhir-akhir ini mereka jarang sekali untuk jalan bersama dikarenakan kesibukan dika dengan kuliahnya.
Dika pun keluar dari kamar melodi untuk memanaskan mobilnya yang masih berada di garasi rumah. Melodi pun bergegas untuk mandi. Tak kurang dari setengah jam melodi pun keluar dari kamar kesayangannya menuju halaman rumahnya dengan mengenakan celana jeans hitam, kaos t-shirt dengan bacaan “I’m not alone in here”,  jam tangan berwarna hitam yang simple dan tak mencolok, kacamata yang silinder dengan model frame yang sedang trend saat ini, dan rambut panjangnya yang kuncir satu dengan gaya acak-acakan membuat melodi nampak seperti anak kuliahan. Dika yang dibuatnya menunggu terpesona akan penampilan adiknya tersayang, karena setiap dika melihat adiknya selalu menggunakan seragam sekolah sebelum melodi berangkat sekolah. Melodi mengunci pintu rumah lalu masuk ke mobil dika yang didalamnya dika sudah menunggu dari setengah jam yang lalu. Dika yang terpesona dengan adiknya yang duduk disampingnya hanya terdiam memandang melodi.
“kak melodika !” teriaknya melodi ditelingan kiri dika
“eh gak usah teriak di telinga kiri gua juga kali dek” kata dika seraya memasang wajah kusut
“abisnya si kakak mah ngeliatin terus. Kan melodi gak suka diliatin gitu” jawab melodi seraya memasang wajah juteknya namun tetap saja tak mengubah keaslian wajahnya yang memang benar-benar manis.
“hehe lu kaya anak kuliahan dek. Lu langsung sekolah di kampus gue aja deh dek, loncat gitu dari kelas 2 SMA ke tingkat pertama dikampus gue, Fakultas kedokteran hewan yaa. Hehe..” kata dika tersenyum lebar seraya mulai mengemudikan mobil kesayangannya.
“males ah loncat-loncat, otaknya belum nyampe ka. Lagian melodi pengen ngambil jurusan psikologi, bukan kedokteran hewan! haha…” jawab melodi tertawa lebar sambil memutarkan lagu takkan terganti yang dinyanyikan oleh marcel.
“yee adek gue ngelawak haha..” kata dika seraya tertawa dengan puasnya
“biarin aja, daripada melodi marah-marah gek jelas. Haha..” jawab melodi seraya tertawa
“iyadeh cantik haha…” kata dika seraya tersenyum manis
“eh kita mau kemana si ka?” Tanya melodi heran
“hem..kita mau jalan-jalan, tapi jemput si ka aga sama ka dio dulu ya di rumahnya ka aga?” kata dika seraya tersenyum
“hem oke deh ka” jawab melodi seraya tersenyum.
Dika pun melajukan mobil kesayangannya lebih cepat daripada biasanya. Sedangkan melodi sedang asyik dengan blackberrynya. Kurang dari setengah jam mereka pun sampai di depan rumah aga, dika pun membunyikan klakson mobilnya isyarat bahwa dirinya telah berada didepan rumah aga. Aga dan dio pun keluar dari rumah lalu masuk kedalam mobil yang dika tumpangi.
“mau kemana ni dik?” Tanya aga
“kan kemaren gua udah ngasih tau elu” jawab dika
“oiya gua lupa hehe.. sory dik” kata aga seraya tertawa lebar
“emang kita mau kemana?” Tanya melodi heran kepada mereka bertiga
“kita mau jalan-jalan cantik” jawab dio seraya tersenyum manis
“Serius ih kita mau kemana?!” Tanya melodi sekali lagi
“kita mau ke dufan melodi” jawab aga seraya tersenyum lebar
“hem bilang dong dari tadi, jangan bikin melodi penasaran dan negative thinking deh” kata melodi seraya tersenyum manis
“makanya lu jangan curigaan sama kakak lu dek. Hehe..” kata dika seraya tersenyum. sebenarnya dika dengan kedua sahabatnya dari awal sudah merencanakan untuk mengajak melodi ke suatu tempat selain dufan. Suatu tempat yang pasti akan membuat hidup melodi menjadi berubah. Dika tak ingin melodi terus menunggu yang sebenarnya dia sudah tak ada didunia. Mereka pun kembali tertawa dengan lawakan oleh aga. Melodi merasakan kehangatan didekat mereka. Tak terasa mereka sudah sampai di dufan dan dengan perasaan yang senang melodi mencoba wahana satu demi satu yang ada di dufan, dio yang merasa sudah tak sanggup dengan wahana yang memacu adrenalin pun hanya bias duduk di kursi panjang yang berada tak jauh dengan wahana yang melodi naikki. Tak lama kemudian melodi, dika dan aga istirahat sejenak di kursi panjang yang sedang diduduki oleh dio.
“ka dika, thanks ya buat hari ini. Melodi seneng banget deh.hehe..” kata melodi seraya tersenyum manis
“iyaa adekku cantik hehe..” jawab dika seraya tersenyum lebar
“lanjut lagi yuk ka?!” kata melodi dengan semangatnya yang tinggi
“gila lu gak capek apa mel?” Tanya dio dengan heran
“enggak! Haha..” jawab melodi seraya tertawa
“kalo gitu gua nunggu disini aja ya dik” kata dio kepada dika
“oke haha” jawab dika seraya tertawa lebar. Melodi, dika, dan aga pun kembali mencoba satu demi satu wahana yang tersisa di dufan. Sedangkan dio hanya membaca novel yang ia bawa dari rumah aga. Tak terasa hari sudah sore, matahari pun sedang menuju ke persembunyiannya. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Namun dika punya tujuan lain, dia ingin mengajak melodi ke suatu tempat. Suatu tempat yang pastinya melodi tak akan percaya akan tempat itu. Mobilnya pun semakin cepat melaju ditengah jalanan ibukota.
“ka dika, kita ke halte ya. Aku mau nunggu si tata ni. Kasian dia pasti udah nunggu melodi di halte” kata melodi seraya memasang tampang memohon
“gak bisa dek! Kakak mau ngajak kamu ke suatu tempat” jawab dika dengan tampang yang serius
“ih kakak tapi kasian tata nya udah nungguin di halte. Penting!” kata melodi sekali lagi dengan tampang memohon kepada dika
“ga bisa!” jawab dika dengan ketus. Dika sebenarnya muak dan kasihan dengan melodi yang tak percaya bahwa sahabat kecilnya sudah tak ada di dunia ini, namun ia masih tetap bersabar demi adiknya tersayang.
“sekali ini dengerin adeknya bisa gak sih?!” kata melodi dengan nada suara yang tinggi menandakan ia sedang kesal dengan dika
“pokoknya GAK BISA!” jawab dika dengan ketus.
“Kalo gitu melodi turunin disini aja, biar melodi yang ke halte ngejemput tata!” kata melodi dengan tampang kesalnya
“pokoknya GAK BOLEH ke halte!” jawab dika dengan ketus. Dika pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama sampailah di suatu tempat itu. Tepatnya di pemakaman cina yang berada didaerah cipaku bogor. Mereka semua pun keluar dari mobil itu dan masuk kedalam salah satu kavling komplek pemakaman dan mereka berjalan ke sebuah makam yang berada di kavling tersebut. Melodi tak percaya akan nama yang berada di batu nisan tersebut. Airmatanya pun mengalir dengan derasnya dan dika pun langsung memeluk adiknya yang sangat ia sayangi. Matahari pun sudah kembali ke persembunyiannya, suasana pun menjadi hening dan udara mulai terasa dingin.
“jadi selama ini dia udah punya rumah baru ya ka?” Tanya melodi seraya menangis tersedak-sedak
“iya dek, dia udah tenang disini dan dia gak akan ngelupain kamu sampe kapan pun” jawab dika seraya tangannya mengeluskan ke kepala melodi
“aku boleh kesini kan ka?” Tanya melodi lagi seraya menangis tersedak-sedak
“iya boleh adekku sayang. Kamu sekarang udah percaya kan semua omongan kakak?” kata dika
“hem iya.. tata beneran punya penyakit leukemia ka?” Tanya melodi kembali dengan tersedak-sedak karena airmata yang masih mengalir dengan derasnya
“iya, tata gak pengen kamu tau soalnya tata gak pengen bikin kamu jadi panik” jawab dika dengan senyuman
“hem gitu ka. Aku bisa ngertiin tata kok ka. Kita pulang yuk” kata melodi seraya mengusap airmata yang menetes di pipinya. Mereka pun pulang kerumah dika. Aga dan dio pun akhirnya menginap dirumah dika karena ingin menghibur melodi. jam dinding sudah menunujukan duabelas namun dika, aga, dio dan melodi belum juga tidur. Melodi yang hanya duduk di sofa ruang tengah hanya melihat aksi dari dika, aga, dan dio yang sedng memainkan lagu yang dipopulerkan oleh marcel yang berjudulkan takkan terganti. Melodi sudah merasa nyaman dengan keadaan rumah seperti ini. Hingga akhirnya melodi pun tertidur di sofa dan dika menyelimuti dengan selimut yang ia ambil dikamar melodi.
“dika, adek lu keren ya” kata aga
“iya dia keren banget, selama enam tahun dia tiap hari nunggu sahabat kecilnya di halte. Dia takut tata bakal ninggalin dia. Tapi syukur sekarang dia udah bisa ngerti dan jujur dia lebih dewasa dari gue ga” kata dika kepada aga
“gua juga bisa ngerasain kok. Gua salut sama melodi” kata aga seraya tersenyum kecil
“iya gua belajar kesabaran dari dia. Semoga dia bisa dapet cowok yang sesabar dan lebih dewasa dari dia” kata dika seraya tersenyum lebar
“maksud lu?!” Tanya aga heran
“ya maksudnya itu elu. Haha…” kata dika seraya tertawa lebar
“hem iya doain aja yang terbaik deh semoga gua bisa ngajagain dia” kata aga seraya tersenyum
“amin. tidur yuk ah, tapi jangan dikamar gua mending disini aja ngejagain si melodi” kata dika
“oke” jawab aga. Dan mereka pun tidur di lantai yang beralaskan karpet untuk tidur, sedangkan dio sudah terlebih dahulu tidur dikamar dika karena kecapekan. “Terkadang menunggu seseorang itu melelahkan, namun jika kita menunggu dengan tulus dan sabar maka kelak akan berbuah kebaikan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar