Dia hanya sendiri di
halte bus, berharap seseorang yang dia nantikan akan menjemputnya. Matahari pun
telah pulang ke persembunyiannya. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk pulang
kerumah dan melanjutkan penantiannya di esok hari. Gadis itu bernama Asmara
Melodi Sastranegoro atau biasa dipanggil dengan oleh teman-temannya dengan nama
melodi. Melodi duduk dibangku SMA kelas 2, tepatnya SMA Negeri 68 Jakarta dia
bersekolah. Dia termasuk unggulan di kelasnya yaitu 11 ipa1. Melodi tergolong
sebagai siswa yang mampu atau bisa di bilang terpandang. Banyak siswa yang
menyukai dirinya karena sifatnya yang ceria dan sangat ramah kepada siapa pun.
Dimata teman-temannya, kehidupan melodi sangatlah sempurna untuk seusia remaja.
Namun kenyataannya melodi tak sama seperti apa yang dibayangkan oleh
teman-temannya. Ayahnya sibuk dengan perusahaannya di luar negeri. Sedangkan
bundanya telah terlebih dahulu dipanggil tuhan ketika melodi berumur 6 tahun.
Kakaknya yang bernama Jody Melodika
Sastranegoro atau biasa dipanggil dengan nama dika sibuk dengan tugas-tugas
kuliah, tepatnya di Universitas Erlangga Surabaya fakultas kedokteran hewan. Sesekali
dika meluangkan waktu untuk menemani melodi dirumah atau mengajak melodi untuk
jalan-jalan. Dimata sahabat-sahabatnya melodi adalah seorang gadis yang selalu
ceria, tegar dan dia sama sekali tak pernah mengeluh dengan kegiatannya yang
seabrek-abrek. Dan dulu dia biasa dipanggil oleh sahabat kecilnya dengan
sebutan “miss strong” karena melodi sangatlah tegar dan berusaha selalu ceria
didepan orang-orang yang ia sayangi, meskipun tata mengerti hatinya tak setegar
sifatnya. Jenifer Gameta atau biasa dipanggil dengan nama tata sudah kenal
melodi sejak mereka berumur 6 tahun ketika ibunda melodi meninggal tata
mengerti apa yang sedang melodi rasakan. Melodi dan tata sudah seperti saudara
kembar, kemana-mana selalu bersama-sama. Hingga pada akhirnya ketika mereka
duduk dikelas 6 SD persahabatan mereka terpisah karena tuhan telah memanggil
tata terlebih dahulu, tata meninggal saat perjalanan pulang menuju rumah melodi
menggunakan bus dan melodi pun sudah menunggunya di halte. Siang itu Tata
meninggal karena penyakit leukemia yang dideritanya kambuh ditengah jalan dan
bus yang tata tumpangi menjadi tempat terakhir yang ia singgahi. Melodi yang
pada saat itu belum mengerti akan penyakit apa yang diderita tata tak percaya
dengan kabar itu. Melodi pun tetap menunggu tata di halte hingga matahari
terbenam. Namun tata tak kunjung datang dan akhirnya keesokannya melodi pun
menunggu tata di halte, dan sampai sekarang melodi pun masih menunggu tata yang
keberadaannya sudah tak ada didunia. Dika yang mengetahui melodi dengan sabar
selalu menunggu tata di halte pun tidak dapat berbuat lebih kepada adiknya.
Sudah berkali-kali dika menjelaskan secara baik-baik akan kepergian sahabat
melodi, tetapi dika hanya bisa menelan ludah karena melodi yang tak percaya
pada omongannya. Ayahnya yang sibuk dengan perusahaannya di luar negeri, dan
kakaknya yang sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliah yang mengharuskan ia
menginap di kostannya membuat malam ini melodi harus sendirian dirumah. Melodi
tak begitu lapar hingga makanan yang ada dimeja makan tak ia sentuh sama
sekali. Tak seperti malam-malam sebelumnya, malam ini melodi hanya ingin
ditemani diary yang diberi oleh tata sebagai kado ulangtahun melodi. Melodi
meluapkan semua perasaan yang ada dihatinya di diary kesayangannya. Air mata
melodi pun mengalir dengan derasnya. Hingga akhirnya melodi tertidur sambil
mendekap diary kesayangannya ditempat tidur.
“pagi cantik, bangun
dong.. matahari udah senyum buat kamu tuh! Hehe..” sapaan dika terdengar oleh
melodi dan ia pun terbangun dari tidurnya
“eh ada kakak. Kapan
pulang ka?hehe” Tanya melodi
“baru tadi pagi sampe
rumah dek. Oiya sekarang kan hari sabtu, kamu libur kan?” Kata dika
“oh, iya kenapa ka?”
Tanya melodi
“hari ini kamu mau
kemana dek?” dika pun balik Tanya kepada melodi
“hem nanti aku mau main
piano, trus sorenya mau nungguin tata di halte. Kakak mau ikut?” kata melodi
seraya tersenyum lebar
“gimana kalo kali ini
jadwal kamu diganti, kakak mau ngajak kamu jalan-jalan bareng temen-temen
kakak. Mau ya dek?” Tanya dika seraya memasang wajah memohon kepada melodi
“hem gimana ya ka?tata
gimana ka?” melodi pun Tanya balik kepada dika
“mau ikut ya dek?please?!”
Tanya dika seraya tetap memasang wajah memohon kepada melodi
“hem.. yaudadeh ka aku
ikut” jawab melodi seraya tersenyum lebar
“assiikkk maen bareng
sama adikku tersayang!” dika bersorak gembira karena memang akhir-akhir ini
mereka jarang sekali untuk jalan bersama dikarenakan kesibukan dika dengan
kuliahnya.
Dika pun keluar dari
kamar melodi untuk memanaskan mobilnya yang masih berada di garasi rumah.
Melodi pun bergegas untuk mandi. Tak kurang dari setengah jam melodi pun keluar
dari kamar kesayangannya menuju halaman rumahnya dengan mengenakan celana jeans
hitam, kaos t-shirt dengan bacaan
“I’m not alone in here”, jam tangan
berwarna hitam yang simple dan tak mencolok, kacamata yang silinder dengan
model frame yang sedang trend saat ini, dan rambut panjangnya yang kuncir satu
dengan gaya acak-acakan membuat melodi nampak seperti anak kuliahan. Dika yang
dibuatnya menunggu terpesona akan penampilan adiknya tersayang, karena setiap
dika melihat adiknya selalu menggunakan seragam sekolah sebelum melodi
berangkat sekolah. Melodi mengunci pintu rumah lalu masuk ke mobil dika yang didalamnya
dika sudah menunggu dari setengah jam yang lalu. Dika yang terpesona dengan
adiknya yang duduk disampingnya hanya terdiam memandang melodi.
“kak melodika !”
teriaknya melodi ditelingan kiri dika
“eh gak usah teriak di
telinga kiri gua juga kali dek” kata dika seraya memasang wajah kusut
“abisnya si kakak mah
ngeliatin terus. Kan melodi gak suka diliatin gitu” jawab melodi seraya
memasang wajah juteknya namun tetap saja tak mengubah keaslian wajahnya yang
memang benar-benar manis.
“hehe lu kaya anak
kuliahan dek. Lu langsung sekolah di kampus gue aja deh dek, loncat gitu dari
kelas 2 SMA ke tingkat pertama dikampus gue, Fakultas kedokteran hewan yaa.
Hehe..” kata dika tersenyum lebar seraya mulai mengemudikan mobil
kesayangannya.
“males ah loncat-loncat,
otaknya belum nyampe ka. Lagian melodi pengen ngambil jurusan psikologi, bukan
kedokteran hewan! haha…” jawab melodi tertawa lebar sambil memutarkan lagu
takkan terganti yang dinyanyikan oleh marcel.
“yee adek gue ngelawak
haha..” kata dika seraya tertawa dengan puasnya
“biarin aja, daripada
melodi marah-marah gek jelas. Haha..” jawab melodi seraya tertawa
“iyadeh cantik haha…”
kata dika seraya tersenyum manis
“eh kita mau kemana si
ka?” Tanya melodi heran
“hem..kita mau
jalan-jalan, tapi jemput si ka aga sama ka dio dulu ya di rumahnya ka aga?”
kata dika seraya tersenyum
“hem oke deh ka” jawab
melodi seraya tersenyum.
Dika pun melajukan
mobil kesayangannya lebih cepat daripada biasanya. Sedangkan melodi sedang
asyik dengan blackberrynya. Kurang dari setengah jam mereka pun sampai di depan
rumah aga, dika pun membunyikan klakson mobilnya isyarat bahwa dirinya telah
berada didepan rumah aga. Aga dan dio pun keluar dari rumah lalu masuk kedalam
mobil yang dika tumpangi.
“mau kemana ni dik?”
Tanya aga
“kan kemaren gua udah
ngasih tau elu” jawab dika
“oiya gua lupa hehe..
sory dik” kata aga seraya tertawa lebar
“emang kita mau
kemana?” Tanya melodi heran kepada mereka bertiga
“kita mau jalan-jalan
cantik” jawab dio seraya tersenyum manis
“Serius ih kita mau kemana?!”
Tanya melodi sekali lagi
“kita mau ke dufan
melodi” jawab aga seraya tersenyum lebar
“hem bilang dong dari
tadi, jangan bikin melodi penasaran dan negative thinking deh” kata melodi
seraya tersenyum manis
“makanya lu jangan
curigaan sama kakak lu dek. Hehe..” kata dika seraya tersenyum. sebenarnya dika
dengan kedua sahabatnya dari awal sudah merencanakan untuk mengajak melodi ke
suatu tempat selain dufan. Suatu tempat yang pasti akan membuat hidup melodi
menjadi berubah. Dika tak ingin melodi terus menunggu yang sebenarnya dia sudah
tak ada didunia. Mereka pun kembali tertawa dengan lawakan oleh aga. Melodi
merasakan kehangatan didekat mereka. Tak terasa mereka sudah sampai di dufan
dan dengan perasaan yang senang melodi mencoba wahana satu demi satu yang ada
di dufan, dio yang merasa sudah tak sanggup dengan wahana yang memacu adrenalin
pun hanya bias duduk di kursi panjang yang berada tak jauh dengan wahana yang
melodi naikki. Tak lama kemudian melodi, dika dan aga istirahat sejenak di
kursi panjang yang sedang diduduki oleh dio.
“ka dika, thanks ya
buat hari ini. Melodi seneng banget deh.hehe..” kata melodi seraya tersenyum
manis
“iyaa adekku cantik
hehe..” jawab dika seraya tersenyum lebar
“lanjut lagi yuk ka?!”
kata melodi dengan semangatnya yang tinggi
“gila lu gak capek apa
mel?” Tanya dio dengan heran
“enggak! Haha..” jawab
melodi seraya tertawa
“kalo gitu gua nunggu
disini aja ya dik” kata dio kepada dika
“oke haha” jawab dika
seraya tertawa lebar. Melodi, dika, dan aga pun kembali mencoba satu demi satu
wahana yang tersisa di dufan. Sedangkan dio hanya membaca novel yang ia bawa
dari rumah aga. Tak terasa hari sudah sore, matahari pun sedang menuju ke
persembunyiannya. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Namun dika punya tujuan
lain, dia ingin mengajak melodi ke suatu tempat. Suatu tempat yang pastinya
melodi tak akan percaya akan tempat itu. Mobilnya pun semakin cepat melaju
ditengah jalanan ibukota.
“ka dika, kita ke halte
ya. Aku mau nunggu si tata ni. Kasian dia pasti udah nunggu melodi di halte”
kata melodi seraya memasang tampang memohon
“gak bisa dek! Kakak
mau ngajak kamu ke suatu tempat” jawab dika dengan tampang yang serius
“ih kakak tapi kasian
tata nya udah nungguin di halte. Penting!” kata melodi sekali lagi dengan
tampang memohon kepada dika
“ga bisa!” jawab dika
dengan ketus. Dika sebenarnya muak dan kasihan dengan melodi yang tak percaya
bahwa sahabat kecilnya sudah tak ada di dunia ini, namun ia masih tetap
bersabar demi adiknya tersayang.
“sekali ini dengerin
adeknya bisa gak sih?!” kata melodi dengan nada suara yang tinggi menandakan ia
sedang kesal dengan dika
“pokoknya GAK BISA!”
jawab dika dengan ketus.
“Kalo gitu melodi
turunin disini aja, biar melodi yang ke halte ngejemput tata!” kata melodi
dengan tampang kesalnya
“pokoknya GAK BOLEH ke
halte!” jawab dika dengan ketus. Dika pun melajukan mobilnya dengan kecepatan
tinggi. Tak lama sampailah di suatu tempat itu. Tepatnya di pemakaman cina yang
berada didaerah cipaku bogor. Mereka semua pun keluar dari mobil itu dan masuk
kedalam salah satu kavling komplek pemakaman dan mereka berjalan ke sebuah
makam yang berada di kavling tersebut. Melodi tak percaya akan nama yang berada
di batu nisan tersebut. Airmatanya pun mengalir dengan derasnya dan dika pun
langsung memeluk adiknya yang sangat ia sayangi. Matahari pun sudah kembali ke
persembunyiannya, suasana pun menjadi hening dan udara mulai terasa dingin.
“jadi selama ini dia
udah punya rumah baru ya ka?” Tanya melodi seraya menangis tersedak-sedak
“iya dek, dia udah
tenang disini dan dia gak akan ngelupain kamu sampe kapan pun” jawab dika
seraya tangannya mengeluskan ke kepala melodi
“aku boleh kesini kan
ka?” Tanya melodi lagi seraya menangis tersedak-sedak
“iya boleh adekku
sayang. Kamu sekarang udah percaya kan semua omongan kakak?” kata dika
“hem iya.. tata beneran
punya penyakit leukemia ka?” Tanya melodi kembali dengan tersedak-sedak karena
airmata yang masih mengalir dengan derasnya
“iya, tata gak pengen
kamu tau soalnya tata gak pengen bikin kamu jadi panik” jawab dika dengan
senyuman
“hem gitu ka. Aku bisa
ngertiin tata kok ka. Kita pulang yuk” kata melodi seraya mengusap airmata yang
menetes di pipinya. Mereka pun pulang kerumah dika. Aga dan dio pun akhirnya
menginap dirumah dika karena ingin menghibur melodi. jam dinding sudah
menunujukan duabelas namun dika, aga, dio dan melodi belum juga tidur. Melodi
yang hanya duduk di sofa ruang tengah hanya melihat aksi dari dika, aga, dan
dio yang sedng memainkan lagu yang dipopulerkan oleh marcel yang berjudulkan
takkan terganti. Melodi sudah merasa nyaman dengan keadaan rumah seperti ini.
Hingga akhirnya melodi pun tertidur di sofa dan dika menyelimuti dengan selimut
yang ia ambil dikamar melodi.
“dika, adek lu keren
ya” kata aga
“iya dia keren banget,
selama enam tahun dia tiap hari nunggu sahabat kecilnya di halte. Dia takut
tata bakal ninggalin dia. Tapi syukur sekarang dia udah bisa ngerti dan jujur
dia lebih dewasa dari gue ga” kata dika kepada aga
“gua juga bisa
ngerasain kok. Gua salut sama melodi” kata aga seraya tersenyum kecil
“iya gua belajar
kesabaran dari dia. Semoga dia bisa dapet cowok yang sesabar dan lebih dewasa
dari dia” kata dika seraya tersenyum lebar
“maksud lu?!” Tanya aga
heran
“ya maksudnya itu elu.
Haha…” kata dika seraya tertawa lebar
“hem iya doain aja yang
terbaik deh semoga gua bisa ngajagain dia” kata aga seraya tersenyum
“amin. tidur yuk ah,
tapi jangan dikamar gua mending disini aja ngejagain si melodi” kata dika
“oke” jawab aga. Dan
mereka pun tidur di lantai yang beralaskan karpet untuk tidur, sedangkan dio
sudah terlebih dahulu tidur dikamar dika karena kecapekan. “Terkadang menunggu
seseorang itu melelahkan, namun jika kita menunggu dengan tulus dan sabar maka
kelak akan berbuah kebaikan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar